Penggunaan
insektisida sintetis yang berlebihan dan tidak tepat dapat menyebabkan
dampak negatif yang cukup serius, yaitu timbulnya resurgensi hama,
outbreak hama sekunder dan pencemaran lingkungan hidup. Jika masih
diperlukan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan
menggunakan pestisida, maka dapat dipilih pestisida yang berasal dari
bahan-bahan nabati atau dikenal dengan nama pestisida nabati.
Secara ekonomis bila dibandingkan dengan pestisida kimia, biaya penggunaan pestisida nabati relatif lebih murah. Selain
itu pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh petani
dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Dari sisi lain, pestisida
nabati mempunyai keistimewaan yaitu bersifat mudah terurai di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif lebih aman bagi manusia
dan ternak peliharaan karena residunya mudah terurai. Kekurangan pestisida nabati umumnya tidak langsung mematikan OPT sasaran secara cepat.
Menurut
Jacobson, bahan alam yang paling menjanjikan prospeknya untuk
dikembangkan sebagai pestisida ada pada tanaman-tanaman family Meliaceae
(misalnya nimba), Annonaceae (misalnya sirsak), Rutaceae, Asteraceae,
Labiateae, dan Canellaceae.
Daun
sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun
sirsak efektif mengendalikan hama trips. Jika ditambahkan daun tembakau
dan sirsak akan efektif mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan
jika ditambahkan jeringau dan bawang putih akan efektif mengendalikan
hama wereng coklat.
Rimpang
jeringau mengandung bahan aktif arosone, kalomenol, kalomen, kalameone,
metil eugenol yang jika dikombinasi dengan bahan aktif daun sirsak akan
efektif mengendalikan hama wereng. Sedangkan tembakau mengandung bahan
aktif nikotin yang jika dikombinasi dengan bahan aktif yang terkandung
dalam daun sirsak akan efektf mengendalikan hama ulat dan belalang.
Dalam upaya pengembangan pestisida nabati tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah (i) mudah didapat, bahan baku cukup tersedia, berkualitas, kuantitas dan kontinuitas terjamin; (ii) mudah dibuat ekstrak, sederhana dan dalam waktu yang tidak lama; (iii) kandungan senyawa pestisida harus efektif pada kisaran 3-5 % bobot kering bahan; (iv) selektif; (v) bahan yang digunakan bisa dalam bentuk segar/kering; (vi) efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya; (vii) sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis); (viii) budidayanya mudah, tahan terhadap kondisi suhu optimal; (ix) tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit; (x) bersifat multiguna.
Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak sebagai pengendali hama trips:
1. Tumbuk 100 lembar daun sirsak.
2. Rendam dalam 5 liter air dan tambahkan 15 gram deterjen.
3. Diamkan sehari semalam.
4. Saring larutan tersebut dengan kain.
5. Encerkan setiap liter larutan dalam 10 liter air.
6. Larutan semprot siap digunakan.
Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak + jeringau + bawang putih untuk mengendalikan hama wereng coklat:
1. Tumbuk halus segenggam daun sirsak, segenggam jeringau dan 20 siung bawang putih.
2. Rendam bahan-bahan tersebut dengan 20 liter air yang telah ditambahkan 20 gram deterjen selama 2 hari.
3. Saring larutan tersebut dengan kain.
4. Larutan tersebut siap digunakan.
Cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak + daun tembakau untuk mengendalikan hama belalang dan ulat:
1. Ambil 50 lembar daun sirsak dan segenggam daun tembakau ditumbuk sampai halus.
2. Rendam bahan–bahan tersebut dalam 20 lt air yang telah diberi 20 gr deterjen selama semalam.
3. Saring larutan tersebut dengan kain.
4. Larutan siap digunakan dan disemprotkan ke tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar